Sudah lama rasanya tak bercuap-cuap di tempat kesayangan ini. Bukan
karena tidak punya topik, tapi karena tak sempat. Katakanlah seperti itu (excuse
banget yeee). Baiklah, kali aku akan bercuap-cuap tentang “TEAM”. Yaaa... team
yang solid dan team yang super kece. Kalau kata salah satu temen “ bukan kita yang memilih, tapi Allah yang
memilih”. Aku tak pernah menyangka akan dipersatukan dengan mereka,
merasakan suka duka bersama mereka. Oh iya lupa, sebelumnya aku ingin
memperkenalkan tentang mereka, tentang rasa “apresiasi” yang tidak pernah
sempat aku ungkapkan pada mereka. Bukan karena apa, hanya saja takut dibilang
menye-menye. Dan taraaaa, kenalin ni personil Geng kero-kero (si ucrut faisal,
pikolo arik, dan sikembar lailu dan taitu).
Sebenarnya, kali ini aku ingin bercerita tentang pahit getirnya berjuang
selama PKM (Pekan Kreativitas mahasiswa). Mungkin cerita ini sudah agak “basi”.
Tapi apalah daya, baru bisa bercuap-cuap sekarang. Waktu itu, tepat tanggal 28
Agustus 2013, pengumuman yang ditunggu-tunggu datang juga. Pengumuman yang
mengantarkan kami ke Lombok, pengumuman yang mengantarkan kami merasakan makna
perjuangan. Pengumuman yang membuat semangat kami sampai saat ini tak pernah
pudar. Dan pengumuman yang memberikan kami pelajaran yang begitu berharga.
Disini aku hanya ingin menggarisbawahi,
bahwa PKM itu bukan tentang keberuntungan, tapi tentang kerja keras dan kerja
cerdas. Dan kami sudah membuktikan itu!!.
Tepat tanggal 9-13 September 2013, kami (berlima) mengenakan almamater
tercinta. Institut Pertanian Bogor di Pekan Ilmiah Mahasiswa Indonesia ke 26. Seseorang
pernah berkata, “kamu akan merasakan
betapa cintanya pada almamatermu, saat kau mengenakannya di luar sana”. Dan
itu benar adanya, aku sudah beberapa kali berkompetesi dengan universitas2
ternama Indonesia, tapi tidak pernah merasakan feel yang seperti kemarin. Baru
kali ini ikutan kompetesi yang cuma bawa fisik, mental, dan pasti bawa koper.
Hahahahaha. Dan karena itulah, pundak ini rasanya begitu berat, membawa nama
IPB. Sebuah institusi yang dikenal sebagai “kampus riset”. Perang jargon dengan
universitas2 seluruh Indonesia, bawa bendera universitas kebanggaan
masing-masing. Mengumandangkan hymne IPB (baru kerasa banget jadi anak IPB). Yaah
seperti itulah. PIMNAS, the real
competition (subjektivitas aku)
Saat presentasi pun tiba, kami
presentasi di hari pertama. Taukah apa yang terjadi saat aku selesai
presentasi? Semua orang tepuk tangan, jurinyapun terlihat begitu interest
dengan penampilan kami. Bahkan saat sudah kembali ketempat duduk, kami
mendapatkan ucapan selamat dari teman2 ITS dan UDAYANA. Entah itu apa
maksudnya, yang pasti saat itu kami sudah merasa lega. 1 tugas terselesaikan.
Dan jujur kami berlima sangat amat PD bakal menyumbangkan emas untuk IPB (ini dari
melihat seluruh finalis yang presentasi di ruangan kami, hampir dari mereka
tidak ada yang menarik) kecuali ITS dan UGM. Dan disinilah Allah menunjjukkan
kuasanya, saat malam pengumuman kami berlima ternyata gagal. Bukal gagal, lebih
tepatnya tertunda. Dan yang lebih menyakitkan lagi, yang mendapatkan emas, perak,
dan perunggu itu bukan anak ITS atau UGM yang menurut kami sudah kece badai.
Tapi dari universitas lain, yang menurut kami biasa aja (kali ini aku tidak mau
menyebutkan universitasnya). Kami, lebih tepatnya aku, akan sangat rela
seandainya yang mendapatkan medali itu adalah yang berbobot cara presentasinya.
Tapi apalah daya, ternyata penilaian itu 60% presentasi, dan 40% dari proposal.
Sebenarnya bukan bermaksud sombong, tapi mungkin ini pembelajaran dari Allah
untuk tidak “takabbur” dahulu sebelum pengumuman. Dari sini, Allah
mengajarkan tentang bagaimana bersikap rendah hati, bagaimana rasanya berjuang
sampe bolos2 kuliah dan praktikum, bagaimana rasanya nangis gara2 bertengkar
antar anggota kelompok, dan bagaimana rasanya hujan-hujanan malam hari (taulah
ya, bogor terkenal dengan kota hujan & petir). Trus hubungannya apa?. Hahahaha,
pokoknya intinya itulah, nikmatnya
sebuah perjuangan bersama kalian, bersama orang-orang tangguh. Dan bersama
orang-orang yang punya mimpi besar. Semaleman tuh nangis, sumpah gak pernah
merasa se ngedown itu. Tapi tak apa,
ini pembelajaran buat kita. “Jika salah
perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi
jika kamu menyerah, maka semuanya selesai (someone said)”. Masih ada
kesempatan 1x lagi (buat yang angkatan 2010). SEMANGAT!!!, well come back the real competetion, PIMNAS 27 and get gold. Kali
ini tidak akan aku sia-siakan lagi Jayalah IPB kita!!!
0 komentar:
Posting Komentar