Siapa yang tidak bangga jika kelak dirinya dapat menjadi
orang yang cerdas dan kaya. Organisasinya bisa menjadi organisasi yang menguntungkan.
Semua orang pasti menginginkannya. Demi itu semua, setiap orang rela bersusah
payah. Tidak peduli siang atau malam, terang atau hujan, usaha tetap dilakukan
tanpa mengenal lelah. Itulah masa depan. Masa itu harus dilalui dengan penuh
kebahagiaan.
Kebahagiaan
yang diraih dengan susah payah, penuh pengorbanan, dan konsistensi, adalah
upaya hampir semua orang. Kondisi inilah yang selanjutnya kita kenal dengan
istilah sukses. Berbicara sukses memang sangat menarik. Tapi apa sesungguhnya
sukses? masih banyak orang yang salah paham dengannya.Secara umum asumsi orang tentang sukses adalah melimpahnya materi atau mudahnya
akses dalam membentuk jaringan sosial, pendidikan, kesehatan, maupun yang lain.
Saya selalu menganggap
bahwa hidup yang kita jalani hanyalah sebatas menjalani proses yang diinginkan
Tuhan menuju kehidupan selanjutnya yang lebih hidup. Sehingga bumi yang kita
tempati ini menjadi semacam university of
life bagi sebagian orang yang tertarik pada hal – hal dimana ada begitu
banyak kesalahan-kesalahan perspektif kita dalam memandang kehidupan yang
dianugerahkan Tuhan bagi kita.
Sukses itu tidak hanya
selalu diidentikkan dengan “diri sendiri”, tapi bagaimana kita menyikapi arti
dari kesuksesan yang kita dapat, yaitu bermanfaat bagi orang lain. Orang sukses
seharusnya memang tidak memikirkan dirinya sendiri. Orang sukses seharusnya
tidak menjadikan dirinya seseorang yang egois. Orang sukses semestinya bisa berbagi
kebahagiaan dengan orang-orang di sekitarnya. Orang bisa
dikatakan sukses, jika dia bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar tempat dia
tinggal, dan bisa saja lebih meluas jauh dari tempat tinggalnya. Saya pikir tidak seorang pun
manusia di dunia ini yang tidak ingin menjadi orang yang sukses. Kesuksesan
tidak terletak pada hasil semata, walaupun pandangan sukses kebanyakan orang
menuntut pada hasil. Sebaliknya kesuksesan itu terletak pada perjalanan menuju
sasaran. Sebenarnya ada kaitan yang erat antara impian, Tuhan, dan kenyataan
(sukses). Menurut buku yang saya baca, ada tiga tipe manusia jika dihubungkan
dengan impian, Tuhan, dan kenyataan.
Ø Tipe
pertama: (no dream ,no god, no fact)
manusia seperti ini mungkin
sudah menjadi barang laka saat ini, namun tetap saja ada satu sampai dua orang
yang masih mempunyai tipe ini. Manusia pada tipe ini sudah tidak lagi mempunyai
harapan hidup, mati pun ia tidak mau. Baginya ia hanya mengutuk dirinya sendiri
akan kelahirannya di dunia. Bumi yang kata Tuhan penuh dengan penaklukan dan
perjuangan memang benar adanya, bahkan lebih kejam dari itu semua. Saya berkeyakinan
bahwa tidak ada manusia yang terlahir dengan kondisi seperti itu, ini hanyalah
hasil dari kegagalan ia mengusai dirinya sendiri saat keinginan Tuhan dan
keinginannya tidak sejalan. Menurut saya, manusia menjadi penganut tipe ini
sebagai bentuk protes pada Tuhan yang telah dilakukakan pada hidupnya, namun
nampaknya Tuhan juga gengsi pada orang seperti ini. Orang seperti ini tidak
terlalu jauh dari lingkungan kita, merekalah musafir-musafir jalanan tanpa
arah, tanpa tujuan, tanpa baju, tanpa celana, bahkan tanpa rasa malu. Semuanya tergadaikan
demi aksi protes pada Tuhan yang berkepanjangan. Pernahkah kita berbicara
dengan mereka dari hati – ke hati?.
Ø Tipe
kedua: (no dream, with god, still alive)
ini adalah manusia yang sedikit
lebih baik dari pada jenis pertama tadi. Namun ia tidak memiliki impian dan
keinginan yang berarti dalam hidupnya. Manusia ini memegang teguh prinsip nenek
moyangnya terdahulu, “buat apa mempunyai cita-cita setinggi langit, kalau pada
akhirnya akan mati juga”. Filosofi seperti itu menjadi pemukul mental paling
serius bagi beberapa orang tertentu sebelum akhirnya menjadi penganut paham
kedua ini. Biasanya mereka jarang bahkan tidak pernah mencoba hal-hal yang baru
yang menantang rasa keinginantahuan. Mereka terikat oleh sistem zaman purba
yang sengaja diadopsi oleh nenek moyang mereka. Sebagaimana saya sebutkan
diawal, hidup hari ini apa kata takdir mau kemana, dan besok adalah urusan
sehari setelah takdir mau membawa kemana. Namun manusia jenis kedua ini masih
memiliki Tuhan dalam hidupnya, ia percaya bahwa Tuhanlah yang menentukan hidup
manusia, maka dari pahamnya akan konsep ini sampai-sampai mereka tidak melakukakn
apa-apa pada hidupnya.
Ø Tipe
ketiga: (dream, god, many question)
Inilah tipe dimana kebanyakan umat
islam tinggal. Kita memiliki keinginan dan impian, kita bersandar pada Tuhan,
namun sering kali kita bertanya pada Tuhan tentang harapan yang tidak terjawab.
Menurut saya, ini sah-sah saja terjadi karena sebagai manusia biasa rasa kecewa
itu pasti ada. Seorang teman pernah bercerita pada saya tentang kehidupannya.
Dia berkata “ saya heran sekali dengan kehidupan yang saya alami. Sebagai
muslim, saya berusaha menjadi muslim yang taat dan ikhlas, lima waktu saya
kerjakan di masjid, tiap malam saya belajar dengan tekun, bahkan terkadang
tengah malam pun saya bangun dan shalat untuk menyampaikan mimpi-mimpi saya
agar Tuhan memenangkannya pada saat nanti. Tapi ternyata semuanya “gagal”.
Sejenak saya bingung menjawabnya. Timbul pertanyaan, mengapa ini terjadi? dan
ternyata jawabannya sederhana saja, inilah ternyata bentuk sikap adil Tuhan
pada manusia. Bagi kita umat islam, kita berkeyakianan bahwa orang-orang kafir
itu kelak akan dimasukkan ke dalam neraka. Jadi singkatnya, Tuhan akan
memberikan semuanya di dunia bagi orang-orang kafir karena kelak mereka akan
disiksa selamanya, dan bagi kita umat muslim, ingatlah bahwa sukses itu bukan
hanya sebatas pada harta, juara, dan lain sebagainya. Namun bagaimana kita
dihadapkan pada kondisi untuk menjalani hidup ini sesuai dengan keinginan
Tuhan. Oleh karena itu, berprasangka baik pada Tuhan adalah jalan menuju
kesuksesan itu. Bersahabatlah dengan Tuhan, maka Dia akan bersahabat dengan
kita dan akan memeluk mimpi-mimpi kita. Suatu saat nanti kita akan menyadari
betapa proses kehidupan yang kita jalani selama ini dengan bahagia dan sedih
adalah komposisi utama pembentuk kepribadian. Mario Teguh
pernah mengatakan, “Janganlah selalu menyalahkan Tuhan atas kejadian yang tidak
berkenan dalam hidup kita, karena sesungguhnya pola pikir kita tidak akan
pernah sanggup untuk mengerti pola pikir Tuhan dalam memandang sesuatu”. Maka
dari itu, rasakan saja betapa segarnya karunia Tuhan saat kita masih dapat
membuka mata dipagi hari dan menikmati keindahan dunia yang Tuhan rancang untuk
manusia-manusia terbaiknya. Sungguh, Tuhan itu adalah perancang terbaik. Saatnya
menyadari, kurang baik apa Tuhan pada kita. Cobalah cermati firman Allah di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Kahfi,
ayat 30 berikut ini: "Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentunya Kami tidak akan
mengabaikan orang-orang yang melakukan perbuatan baik (itu)". Bayangkan, betapa sangat baiknya kehendak
Tuhan untuk memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang suka beramal saleh,
orang-orang yang senang memberi, dan membantu mereka yang membutuhkan uluran
tangan kita. Jika Tuhan sudah berfirman dan berjanji, pasti Dia melaksanakan
janji-Nya tersebut. Inilah sukses yang sebenarnya kita
butuhkan untuk menjalani kehidupan ini.