Pages

Kamis, 16 Oktober 2014

La Tahzan

Sengaja memang menuliskan judul di atas, tau kenapa?
     Yaaa... memang sekarang sedang tak enak hati. Tepat ditanggal 16 Oktober ini, aku resmi menganggur selama 1 bulan 26 hari. Tau rasanya menjadi seorang pengangguran??.Silahkan deskripsikan sendiri!. Aku bukannya tak berusaha mencari kerja, cuma memang belum mendapatkan yang “klik” saja.

       
Kali ini aku mencoba berbaik sangka padaNYA. Bukan..bukan mencoba, tetapi memang harus berbaik sangka. Kenapa tidak?, apalah aku ini hanya seorang hamba. Aku tau DIA sudah begitu baik padaku, begitu mudahnya aku  masuk SMA favorite di kotaku. Dipertemukan dengan calon orang-orang hebat selama 3 tahun. Belum cukup sampai disitu, masuk ke IPB pun aku sangat dimudahkan olehNYA bahkan aku kuliah di salah satu kampus terbaik di negeri ini tanpa merogoh kocek orang tua  mulai dari SPP sampai uang bulanan (kadang-kadang dikirim juga sama orangtua). Di kota hujan ini, aku menjadi mahasiswa yang aktif. Ikut beberapa organisasi dan mengikuti berbagai macam kompetisi. Setiap aku mengikuti kompetisi, alhamdulillah hampir selalu mendapatkan juara. Aku pernah minta padaNYA untuk presentasi di PIMNAS dan conferensi di LN. Alhamdulillah Allah juga wujudkan itu. 80% semua harapanku selama jadi mahasiswa diwujudkan olehNYA. Pada saat tahap pengerjaan skripsi sampai sidang pun aku tak begitu banyak kendala. Alhamdulillah dosennya sesuai dengan yang aku harapkan, tidak ada kendala yang berarti. So??kurang baik apalagi. Segalanya dipermudah, semuanya dilancarkan. Dan sekarang saatnya aku diuji, yaaa diuji kesabaran olehNYA. Setangguh mana aku mampu bertahan dalam kondisi ini. Sebijak apa aku dapat mengambil hikmah disetiap perjuanganku menjadi seorang jobseeker (sekarang). Dan yakinlah bahwa Allah tak pernah tertukar dalam menakar. Rejeki tak pernah salah memilih tuannya. Maka kau hanya butuh bersabar sebentar nak!. Kau tak akan tau nikmatnya berjuang kalau kau tak pernah gagal.  Bukan karena kau tak berkualitas, bukan. Tapi sekarang kau sedang diuji. Cintailah setiap prosesnya, cobalah untuk lebih bercengkrama dengan Tuhanmu.  Tidak ada doa yang tak DIA kabulkan, karena setiap doa pasti akan sampai pada muaranya. Suatu saat nanti, saat doa itu sudah sampai pada muaranya tulisan ini akan menjadi salah satu bukti bisu perjuanganmu. Kau akan membaca tulisan ini dengan senyuman manis. Yakinlah!!.


Dramaga, 16 Oktober 2014

Minggu, 19 Januari 2014

Terimakasih

Alhamdulillah, rasa terimakasih yang tak terhitung buat Allah yang memberikanku kesempatan mencicipi manisnya dunia. Akhirnya aku berumur 22 tahun juga. Hehe, sungguh bonus umur yang patut aku syukuri.
         Sebenarnya hari lahirku sudah 2 minggu yang lalu, lebih tepatnya tangga 5 Januri kemaren. Tapi karena satu dan lain hal, baru bisa mengekspresikan rasa syukur di blog ini sekarang. Insya Allah tidak akan mengurangi secuil rasa syukurku padaNYA. Aku disini tidak hanya berterimakasih pada Dzat yang telah menciptakanku, tapi juga rasa terimakasih kepada makhluk-makhluk Allah yang lainya, yaitu kedua orang tua yang selalu setia mendampingi aku. Terimakasih hadiah novelnya. Semoga aku segera memberikan hadiah “cucu” yang lucu kepada kalian (semacam kode).  Serta teruntuk  sahabat-sahabatku tercinta. Ini mungkin hanya ucapan sederhana. Tapi taukah kalian, saat aku menuliskan ini ada rasa haru dan bahagia saat Allah mempertemukan ku dengan kalian. Saat Allah semakin mempererat kita dalam sebuah ukhuwah.
Dan teruntuk sahabat-sahabatku: hefdi, sofi, sulis, tya, pai, dita, dila, fitri, dan udit. Terimakasih karena kalian masih mengingat hari lahirku (Yaah.. berhubung ceritanya, tanggal lahirku tak kucantumkan di FB), terimakasih untuk doa-doa terbaik kalian. Terimakasih untuk kiriman kadonya, jauh-jauh dari Jember, harus melintasi 2 propinsi dan puluhan kota (ini sedikit lebbai). Semakin menambah koleksi novel tere liye  aku. Hehehehe. Dan masih ada hadiah 2 novel lagi dari si kembar yang on the way Bogor. Ceritanya kehabisan gitu, jadinya masih pre order deh :3.  Terimakasih juga atas kejutan sahabat-sahabatku di departemen: hayu, dini, dan fani. Serta terimakasih untuk keluargaku di PSDM, meskipun kejutannya batal gara-gara aku kabur duluan.hahahaha, tanpa kalian ngasih surprise pun aku sudah sangat berterimakasih sudah menjadi keluarga kece-ku. Semoga di umur yang semakin tua ini, aku menjadi sosok yang semakin bertanggung jawab dan bermanfaat untuk orang banyak. Amiiiin. Aku tak bisa membalas semua kebaikan kalian, aku hanya bisa menyertakan kalian disetiap lantunan doa-doaku. Semoga Sang Maha Segalanya yang membalas kebaikan2 kalian.  Sekali lagi, terimakasih.

Kamis, 02 Januari 2014

Lebih dari sekedar kata "MAAF"


MAAF., hanya sebatas huruf yang sudah ditata. Tetapi di dalamnya terkandung arti yang tak biasa. MAAF, hanya sebuah kata tapi tak semua orang mampu berucap.

Ceritaku  Ini bukan tentang kesedihan. Sekali lagi jangan pernah tertipu. Ini bukan tentang cinta, episode hidupku kini sudah sampai pada pertanyaan seberapa baikkah kamu?
       Dini hari kemarin, lebih tepatnya tanggal 1 januari 2014, saya mendapatkan pembelajaran dari kata MAAF itu. Memang benar, kamu tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya kecewa, kalau kau tak merasakan rasa kecewa itu.  Dan itulah hukum alam.
  Ceritanya, kemarin aku baru sampai di kota pahlawan, Surabaya. Dan ceritanya juga, ada yang berjanji menjemputku saat  tiba disana. Dan ceritanya juga, penjemput itupun gagal menjemput. Aku mengerti, faktor keadaanlah yang membuat cerita seperti ini. Tapi yang aku tidak mengerti adalah kenapa harus berkata “sanggup” jika pada kenyataannya tak sanggup. Kenapa harus berkata “iya” jika pada kenyataannya tidak. Aku memilih diam. Membiarkan. Kelelahan yang sangat waktu itu membuatku bahkan tak bisa menikmati indahnya kelap-kelip lampu Surabaya dini hari. Sesaat kubiarkan pikiranku tersesat pada dini hari itu.
Dan aku tak bermaksud untuk menyalahkanmu untuk kejadian dini hari itu, tidak sama sekali. Aku hanya ingin meberimu sebuah pengertian saja. Pengertian yang nantinya akan membuatmu lebih baik. Aku hanya ingin kamu menjadi sosok yang lebih menghargai komitmen. Agar kau menjadi pemimpin yang pandai bersikap, yang dicintai lingkunganmu karena keelokan tingkahmu.
Pada awalnya, aku juga tak meminta kau untuk menjemputku. Pada awalnya, kau sendiri yang memberikan penawaran itu. Dan pada akhirnya kamu juga yang memutuskan penawaran itu. Ini bukan masalah menjemput atau tidak menjemput. Tapi ini tentang cara menghargai orang. Aku paham, saat kau bilang “macet” dan sepertinya tak bisa menjemput. Yang aku tak paham adalah tak bisakah kau mengucapkan kata “maaf” walau hanya seuntai saja?. Sungguh kata maaf itu memiliki makna yang lebih dari kau bayangkan. Mungkin kau beranggapan, tulisanku ini terlalu mendramatisir atau apalah itu. Tapi suatu saat nanti kau akan mengerti kekuatan dari kata MAAF itu sobat.....

Karena MAAF itu membenarkan yang benar dan memperbaiki yang salah (Someone said)

Pamekasan, 02 januari 2013