Pages

Jumat, 04 Januari 2013

Berkaca pada Kisah Ainun-Habibie


Kisah Ainun-Habibie menjadi titik tolak ketersadaran penuh saya akan pentingnya penjagaan bagi seorang perempuan. Terlebih saat menonton filmnya.  Memang begitu terharu dengan kisah ini, alhasil saya yang memang tipe anak cengeng, langsung deh nangis dari awal sampai akhir :D. Ainun merupakan salah satu contoh perempuan hebat yang menghebatkan pasangannya dan keluarganya. Jika dilihat lebih dalam, pada dasarnya memang begitulah seorang perempuan. Ia akan selalu mengutamakan, memotivasi, menginginkan yang terbaik bagi orang-orang yang ia sayangi. Energinya akan berkali-kali lipat saat melayani orang-orang kecintaannya. Tidakkah kita bertanya bagaimana seorang ibu mampu menjaga kita, menyiapkan segala keperluan kita sepanjang hari, masih harus bekerja pula, tapi tetap bisa menjalankan semua peran itu tanpa terlihat letih ataupun bosan. Hingga setiap ibu adalah terbaik bagi tiap anaknya. Kita patut berterimakasih pada Allah SWT yang telah mengirimkan masing-masing kita malaikat penjaga yang terbaik. 

Seorang perempuan pada umumnya akan diberi naluri dan firasat yang kuat, kecintaan pada anak-anak, rela berkorban bagi orang yang ia sayang. Ia tidak melihat seorang laki-laki dari tampilan luarnya, tidak sama sekali. Ada semacam indra keenam yang dimiliki seorang perempuan, dan dengan itulah ia melihat. Maka tak heran jika saat itu bu Ainun memilih pak Habibie yang secara duniawi mungkin kalah dari lelaki lain yang berusaha mendekatinya. Dan pada dasarnya seorang perempuan berdedikasi tinggi pada orang yang ia sayangi, meski ia menjadi idola banyak orang, meski banyak yang mendekatinya, ia akan setia pada satu orang yang ia cintai, dan yang terpenting orang itu tidak menyia-nyiakannya. Ainun-Habibie adalah komposisi yang baik. Pak Habibie dengan agama, kesetiaan, perhatian, kekerenan, yang dicintai seorang perempuan. Dan Bu Ainun dengan agama, kelembutan, kecerdasan, dan sifat lain yang dicintai seorang laki-laki. Meski Pak Habibie adalah orang yang keras kepala, bu Ainun mampu menanganinya dengan sabar dan tiada jera. Memang begitulah, saat ia mencintai seseorang, kekurangan bukan membuatnya mundur, justru maju, maju untuk membantunya mengatasinya. Maju untuk senantiasa membuatnya menjadi orang yang lebih baik.