Pages

Sabtu, 04 Agustus 2012

Ya rabb...tahun depan aku ingin ke PIMNAS :)

Writing is my soul
            Sekilas kalimat itu terlihat biasa saja, simple dan mungkin bagi sebagian orang sudah biasa mendengar kalimat itu. Namun tidak bagi saya. Manusia terkadang lahir dengan sejuta impian yang ia bawa sejak kecil hingga dewasa, bahkan hingga manusia itu meninggal pun mereka tetap membawa impian, menjaganya erat – erat, sekalipun sudah tidak sanggup lagi untuk menaklukannya, karena itu ia meninggal. Sengaja di awal tulisan ini saya sisipkan kata “ terkadang “, karena memang impian itu timbul secara alamiah, mengalir begitu saja, dan tidak bisa dipaksakan. Ada sebagian orang yang menganggap hidupnya adalah sebatas perkara hidup hari ini saja, apa yang terjadi besok adalah urusan takdir. Hari ini adalah besoknya kemarin dan besok adalah sehari setelah besoknya kemarin. Baginya impian adalah hal diluar jangkauan dirinya. Orang ini menganggap mendahului takdir Tuhan jika manusia terlalu bersikeras dalam meraih impiannya. Namun ada juga manusia yang hidup karena ia dibesarkan oleh keinginan – keinginan yang menjadi tujuan hidupnya. Sekalipun keinginan itu tidak dapat dipaksakan, nampaknya ia sendiri yang memaksakan keinginan itu ada, mungkin karena pengaruh lingkungan sekitar dan lain sebagainya. Bahkan manusia seperti ini beranggapan bahwa “Ini Hidup Saya, maka Sayalah yang menentukan nasib saya sendiri. Sebuah ideologi kepercayaan diri yang hampir tidak semua orang memilikinya. Unik, berani, dan sedikit bernuansa apatis.
            Saya pikir berbicara tentang impian tidak akan pernah ada habisnya. Saya terlahir dari keluarga biasa-biasa saja. Namun, saya tidak ingin hidup saya biasa-biasa saja. Itu pasti!!. Saya dibesarkan oleh keinginan – keinginan yang menjadi tujuan hidup saya. Sejak kelas 2 SMA saya suka menulis. Ada sebuah kalimat yang menurut saya cukup berkesan. Kalimatnya seperti ini “kalau kau bukan anak raja dan anak ulama besar, maka menulislah” (Imam Ghazali). Kalimat itu seakan terpatri dalam hati saya. Sejak itu saya selalu ingin menulis, menulis, dan menulis.
            Saya sudah cukup sering mengikuti event-event lomba menulis. Mulai dari tingkat fakultas sampai nasional. Semuanya pernah saya alami. Ada yang berhasil jadi juara, namun tak sedikit juga yang gagal (maklum usaha). Ada satu event yang belum berhasil saya ikuti sampai mau memasuki tingkat tiga ini. PIMNAS. Ya...PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional). Ini merupakan ajang bergengsi yang diadakan tiap tahunnya. Di ajang ini diberikan hibah dari DIKTI dimana hibah tersebut digunakan untuk menjalankan program-program untuk kemaslahatan umat. Saya yakin, semua mahasiswa diseluruh Indonesia ingin merasakan atmosphere di PIMNAS. Termasuk saya. Mendengar cerita dari teman-teman yang diberi kesempatan mengikuti PIMNAS tahun ini, sungguh membuat saya merasa tertantang untuk bisa lolos tahun depan. Sudah 2x saya mengikuti ajang ini. Tingkat pertama saya gagal total alias tidak didanai oleh dikti. Tingkat kedua, ada kemajuan. Proposal saya didanai oleh dikti (Alhamdulilah).  Dan saya ingin tingkat tiga ini bisa lolos PIMNAS (amin). Maka dari itu mulailah saya membentuk tim yang solid. Tim yang mau diajak susah dan senang serta dosen pembimbing yang berkompeten. Semoga harapan saya di tingkat 3 ini berhasil. Menuju PIMNAS dan raih emas (amin...amin...ya rabbal alamin). SEMANGAT berkarya untuk negeri!! J

0 komentar:

Posting Komentar