Pages

Minggu, 05 Agustus 2012

Bersahabat dengan Tuhan ^^


          Siapa yang tidak bangga jika kelak dirinya dapat menjadi orang yang cerdas dan kaya.  Organisasinya bisa menjadi organisasi yang menguntungkan. Semua orang pasti menginginkannya. Demi itu semua, setiap orang rela bersusah payah. Tidak peduli siang atau malam, terang atau hujan, usaha tetap dilakukan tanpa mengenal lelah. Itulah masa depan. Masa itu harus dilalui dengan penuh kebahagiaan.
            Kebahagiaan yang diraih dengan susah payah, penuh pengorbanan, dan konsistensi, adalah upaya hampir semua orang. Kondisi inilah yang selanjutnya kita kenal dengan istilah sukses. Berbicara sukses memang sangat menarik. Tapi apa sesungguhnya sukses? masih banyak orang yang salah paham dengannya.Secara umum asumsi orang tentang sukses adalah melimpahnya materi atau mudahnya akses dalam membentuk jaringan sosial, pendidikan, kesehatan, maupun yang lain.
Saya selalu menganggap bahwa hidup yang kita jalani hanyalah sebatas menjalani proses yang diinginkan Tuhan menuju kehidupan selanjutnya yang lebih hidup. Sehingga bumi yang kita tempati ini menjadi semacam university of life bagi sebagian orang yang tertarik pada hal – hal dimana ada begitu banyak kesalahan-kesalahan perspektif kita dalam memandang kehidupan yang dianugerahkan Tuhan bagi kita.
Sukses itu tidak hanya selalu diidentikkan dengan “diri sendiri”, tapi bagaimana kita menyikapi arti dari kesuksesan yang kita dapat, yaitu bermanfaat bagi orang lain. Orang sukses seharusnya memang tidak memikirkan dirinya sendiri. Orang sukses seharusnya tidak menjadikan dirinya seseorang yang egois. Orang sukses semestinya bisa berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitarnya. Orang bisa dikatakan sukses, jika dia bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar tempat dia tinggal, dan bisa saja lebih meluas jauh dari tempat tinggalnya.  Saya pikir tidak seorang pun manusia di dunia ini yang tidak ingin menjadi orang yang sukses. Kesuksesan tidak terletak pada hasil semata, walaupun pandangan sukses kebanyakan orang menuntut pada hasil. Sebaliknya kesuksesan itu terletak pada perjalanan menuju sasaran. Sebenarnya ada kaitan yang erat antara impian, Tuhan, dan kenyataan (sukses). Menurut buku yang saya baca, ada tiga tipe manusia jika dihubungkan dengan impian, Tuhan, dan kenyataan.
Ø  Tipe pertama: (no dream ,no god, no fact)
manusia seperti ini mungkin sudah menjadi barang laka saat ini, namun tetap saja ada satu sampai dua orang yang masih mempunyai tipe ini. Manusia pada tipe ini sudah tidak lagi mempunyai harapan hidup, mati pun ia tidak mau. Baginya ia hanya mengutuk dirinya sendiri akan kelahirannya di dunia. Bumi yang kata Tuhan penuh dengan penaklukan dan perjuangan memang benar adanya, bahkan lebih kejam dari itu semua. Saya berkeyakinan bahwa tidak ada manusia yang terlahir dengan kondisi seperti itu, ini hanyalah hasil dari kegagalan ia mengusai dirinya sendiri saat keinginan Tuhan dan keinginannya tidak sejalan. Menurut saya, manusia menjadi penganut tipe ini sebagai bentuk protes pada Tuhan yang telah dilakukakan pada hidupnya, namun nampaknya Tuhan juga gengsi pada orang seperti ini. Orang seperti ini tidak terlalu jauh dari lingkungan kita, merekalah musafir-musafir jalanan tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa baju, tanpa celana, bahkan tanpa rasa malu. Semuanya tergadaikan demi aksi protes pada Tuhan yang berkepanjangan. Pernahkah kita berbicara dengan mereka dari hati – ke hati?.
Ø   Tipe kedua: (no dream, with god, still alive)
ini adalah manusia yang sedikit lebih baik dari pada jenis pertama tadi. Namun ia tidak memiliki impian dan keinginan yang berarti dalam hidupnya. Manusia ini memegang teguh prinsip nenek moyangnya terdahulu, “buat apa mempunyai cita-cita setinggi langit, kalau pada akhirnya akan mati juga”. Filosofi seperti itu menjadi pemukul mental paling serius bagi beberapa orang tertentu sebelum akhirnya menjadi penganut paham kedua ini. Biasanya mereka jarang bahkan tidak pernah mencoba hal-hal yang baru yang menantang rasa keinginantahuan. Mereka terikat oleh sistem zaman purba yang sengaja diadopsi oleh nenek moyang mereka. Sebagaimana saya sebutkan diawal, hidup hari ini apa kata takdir mau kemana, dan besok adalah urusan sehari setelah takdir mau membawa kemana. Namun manusia jenis kedua ini masih memiliki Tuhan dalam hidupnya, ia percaya bahwa Tuhanlah yang menentukan hidup manusia, maka dari pahamnya akan konsep ini sampai-sampai mereka tidak melakukakn apa-apa pada hidupnya.
Ø   Tipe ketiga: (dream, god, many question)
Inilah tipe dimana kebanyakan umat islam tinggal. Kita memiliki keinginan dan impian, kita bersandar pada Tuhan, namun sering kali kita bertanya pada Tuhan tentang harapan yang tidak terjawab. Menurut saya, ini sah-sah saja terjadi karena sebagai manusia biasa rasa kecewa itu pasti ada. Seorang teman pernah bercerita pada saya tentang kehidupannya. Dia berkata “ saya heran sekali dengan kehidupan yang saya alami. Sebagai muslim, saya berusaha menjadi muslim yang taat dan ikhlas, lima waktu saya kerjakan di masjid, tiap malam saya belajar dengan tekun, bahkan terkadang tengah malam pun saya bangun dan shalat untuk menyampaikan mimpi-mimpi saya agar Tuhan memenangkannya pada saat nanti. Tapi ternyata semuanya “gagal”. Sejenak saya bingung menjawabnya. Timbul pertanyaan, mengapa ini terjadi? dan ternyata jawabannya sederhana saja, inilah ternyata bentuk sikap adil Tuhan pada manusia. Bagi kita umat islam, kita berkeyakianan bahwa orang-orang kafir itu kelak akan dimasukkan ke dalam neraka. Jadi singkatnya, Tuhan akan memberikan semuanya di dunia bagi orang-orang kafir karena kelak mereka akan disiksa selamanya, dan bagi kita umat muslim, ingatlah bahwa sukses itu bukan hanya sebatas pada harta, juara, dan lain sebagainya. Namun bagaimana kita dihadapkan pada kondisi untuk menjalani hidup ini sesuai dengan keinginan Tuhan. Oleh karena itu, berprasangka baik pada Tuhan adalah jalan menuju kesuksesan itu. Bersahabatlah dengan Tuhan, maka Dia akan bersahabat dengan kita dan akan memeluk mimpi-mimpi kita. Suatu saat nanti kita akan menyadari betapa proses kehidupan yang kita jalani selama ini dengan bahagia dan sedih adalah komposisi utama pembentuk kepribadian. Mario Teguh pernah mengatakan, “Janganlah selalu menyalahkan Tuhan atas kejadian yang tidak berkenan dalam hidup kita, karena sesungguhnya pola pikir kita tidak akan pernah sanggup untuk mengerti pola pikir Tuhan dalam memandang sesuatu”. Maka dari itu, rasakan saja betapa segarnya karunia Tuhan saat kita masih dapat membuka mata dipagi hari dan menikmati keindahan dunia yang Tuhan rancang untuk manusia-manusia terbaiknya. Sungguh, Tuhan itu adalah perancang terbaik. Saatnya menyadari, kurang baik apa Tuhan pada kita. Cobalah cermati firman Allah di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Kahfi, ayat 30 berikut ini: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentunya Kami tidak akan mengabaikan orang-orang yang melakukan perbuatan baik (itu)". Bayangkan, betapa sangat baiknya kehendak Tuhan untuk memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang suka beramal saleh, orang-orang yang senang memberi, dan membantu mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Jika Tuhan sudah berfirman dan berjanji, pasti Dia melaksanakan janji-Nya tersebut. Inilah sukses yang sebenarnya kita butuhkan untuk menjalani kehidupan ini. 

0 komentar:

Posting Komentar